Menembus Malam

Rouf Creative | Creative Graphic Design

sastra menembus malam

Image Description:

Camera Maker : Xiaomi
Camera Model : Redmi Note 8
ISO Speed : ISO-1843
Resolution : 96 dpi
File Size : 2,97 MB
Type Format : JPG
Date Created : 21-02-2020 : 19:54
Location : Stasiun Jambon, Grobogan, Jateng, Indonesia
Photographer : Roufcreative



Menembus Malam - Pikiranku terbang melayang menembus malam, menerawang dan terus mencoba melewati dimensi waktu. Banyak mozaik terlintas dari masa lalu, juga rekaan kejadian masa depan. Kenangan itu bertebaran dimana-mana. Seperti benda-benda langit menyebar di malam jernih. Beberapa diantaranya menggugus rasi bintang. Kadang muncul juga kenangan terang benderang seperti bulan.

Sinarnya, bulatnya, sendunya, syahdunya, riangnya menggiring anak-anak bermain cahaya, misteriusnya, melankolisnya. Namun, semua merangsek dalam diri. Menyorotkan gambar-gambar lama yang makin hari makin indah. Langit seperti hati. Luas tak jelas batas. Makin jauh memandang, makin tak terbatas. Awan Mendung, putih cerah, gelap pekat bergemuruh. Seperti dunia, hati pun punya cuaca; pasang-surut, duka-lara, kerinduan dan kebingungan. 

Jauh dari bintang dan bulan, jauh dari kerinduan. Tangisan hati, terasing dan berdarah bagai tertikam rindu yang dalam. Semua berbelit dengan jaring-jaring cerita yang dapat membentuk aku tertawa lagi, menangis lagi, terkejut lagi, terpukul lagi, terlempar lagi, bosan lagi, bergairah lagi, lagi, lagi, dan lagi.

Begitulah bayang-bayang yang berseliweran dalam benakku, memenuhiku. Menebar segenap penjuru sudut. Dari beberapa deret dan susunan huruf per huruf tersebut pada hakekatnya tak “diceritakan” dengan kata, melainkan “dibuat” dari kata. Ya, karena asal mula adalah kata. Kita kenal kata karena telah menamai benda atau sesuatu tersebut.

Kata-kata itu tersusun dari beberapa perangkat-perangkat tanda yang digabungkan dengan cara tertentu. Ada tanda-tanda satu demi satu seperti yang ditunjukkan oleh huruf abjad. Andaikan huruf-huruf digabungkan, maka melahirkan ’kata-kata’ dalam bahasa. Kata-kata atau istilah-istilah merupakan simbol-simbol.

Ini berarti perkataan-perkataan atau istilah-istilah merupakan tanda-tanda yang sudah terbiasa dipakai untuk menunjuk sesuatu yang terdapat dibalik perkataan-perkataan atau istilah-istilah itu sendiri. Perkataan-perkataan atau istilah-istilah mewakili barang-barang atau mungkin juga mewakili gagasan atau setidak-tidaknya harus mewakili sesuatu.

Maka, dari setiap perkataan mempunyai tiga macam segi; tanda itu sendiri, sesuatu yang ditunjuknya, dan subyek yang memakai perkataan itu. Kemudian, dari kata tersebut berkembang menjadi frasa, dari frasa menjadi diskursus yang pada akhirnya mengkristal menjadi sebuah logosentrisme –meminjam bahasanya Mohammad Arkoun. 

Logosentrisme ini mengandaikan di mana adanya asumsi bahwa kebenaran itu terkadang dalam kata (logos). Derrida menegaskan tentang ini bahwa tak ada kebenaran di luar kata (teks). Karena kata mewakili kebenaran. Di mana, kata-kata tersebut telah dipersatukan sesuai dengan aturan-aturan sinteksis (tata bahasa) suatu bahasa. Maka, terjadilah kalimat-kalimat.

Baca Juga: Kumpulan Puisi Romantis

Oleh karenanya, dibalik itu sebenarnya hanya ‘ruang kosong’ alias tak berarti. Sehingga, dengan kata-kata itulah yang tepat, makanya penyair bisa menciptakan bahasa yang unik. Dia bisa mengungkapkan pengalaman puitis yang autentik dan unik pula. Autentik, sebagai pengalaman (batin) pribadi penyair serta autentik dalam memilih dan mengucapkan kata. Dengan keautentikan tersebut akan melahirkan keunikan pengalaman puitis. 

Bahkan dari beberapa kata tersebut, bisa tercipta sebuah dunia kecil (mikrikosmos). Sebuah dunia rekaan; dunia yang memiliki awal dan akhir. Lalu, disinilah letak perbedaan dunia nyata dengan dunia rekaan. Di mana dunia nyata tak jelas awal dan akhirnya. Sedangkan dunia rekaan jelas awal dan akhirnya. Kemudian, dari kata-kata yang tak lagi merekat dan menempel –tulis Goenawan Muhammad- akan tetapi bergerak hidup-bulat menghasilkan makna yang memekar jadi gambar-gambar melukisi benak, menjelma gerak-gerik dan hasrat membuka diri pada dunia. 

Pada akhirnya, kata berperan sebagai alat yang menghubungkan pembaca dengan ide penyair, sebagai pendukung imaji dan penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair. Meski kata-kata dapat sebagai dunia yang hidup dan utuh, hanya saja manusia tak dapat menangkap makna dan informasi dalam dunia itu secara utuh. Kita akan selalu meraba-raba makna dan karena tak pernah mendapatkan makna yang utuh, kita terus mencari. 

Dalam pencarian itu, kita akan medapatkan makna yang berubah-ubah pula, meskipun tetap di seputar dunia kata yang sedang kita tafsirkan. Berhadapan dengan dunia kata, setiap manusia pasti akan menemukan kesan dan penafsirannya sendiri-sendiri. 

Ini sejalan dengan Umberto Eco yang menuliskan bahwa teks adalah sebuah karya yang terbuka alias “opera aperta”. Karenanya, pemaknaannya menjadi ‘terbuka’, sehingga dalam pemaknaan teks, pembaca memainkan peranan sangat penting. Pembaca, dalam mendekati sebuah teks tersenut sesungguhnya tidak dengan kepala kosong. 

Mereka membawa harta berupa harapan, asumsi, dan pengalaman yang melingkupinya. Harta itu mungkin ideology-‘strategi interpretatif’ yang sengaja diambil atau mungkin berupa ‘kopor pembaca’ pribadi yang unik. Sehingga keunikan manusia mempengaruhi kesan dan penafsirannya masing-masing. 

Bahkan ketika manusia mencoba mencipta makna, mencipta sebuah dunia, ia juga pada dasarnya menciptakan sebuah keunikan yang prosesnya hanya dimiliki oleh dirinya sendiri. Begitu orang lain menikmati dan mencoba menafsirkan karya itu, mereka akan menemukan makna dan kesan yang lain, yang dipengaruhi oleh keunikan sang pembacanya.

Creative Inspiration

No comments: