Sejarah Motif Batik, Keistimewaan, Aturan Pemakaian dan Tren Fashion

Rouf Creative | Creative Graphic Design

motif batik

"Rum Kuncaraning Bangsa Dumunung Haneng Luhuring Budaya"
“Harumnya nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak pada budayanya”

Motif Batik

Sejarah Motif Batik, Keistimewaan, Aturan Pemakaian dan Tren Fashion - Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono X, karaton Surakarta Hadiningrat telah lama mengingatkan kepada negeri ini untuk memperhatikan budaya bangsa, karena itu akan memberi arti kepada nama dan tinggi derajat negeri ini. Etika budaya yang semakin tergerus dengan sisi glamour salah satunya tata busana yang semakin jauh dengan adat ketimuran, budaya Indonesia.

Keistimewaan Batik

Pepatah jawa mengatakan, “Ajining raga karna ajining busana”. Ini menjadi acuan bagi sebagian orang untuk mengetahui karakter seseorang dan juga karakter suatu bangsa. Indonesia khususnya jawa mempunyai kekhasan tersendiri dalam busana. Baju batik yang diyakini sebagian orang sebagai busana dalam tatanan dan tuntunan, hingga senantiasa eksis di tengah-tengah "pasukan" barang ekspor. 

Batik secara etimologi (istilah jawa di "Jarwodhosok" ) akan menjadi ngembat "thithik atau rambating" thithik-thithik". Batik kaya akan keistimewaan dan keanggunan, mulai struktur warna yang serasi, corak lukisan yang berfilosofi (Hindu dan Budha) dan penuh ragam memberi ciri khas nilai seni budaya Jawa serta kebanggaan nasional. 

Oleh karena itu Batik masih bertahan sampai jaman modern ini, terlepas adanya kebanggaan, adat tradisi, sifat religius dari ragam hias batik, serta usaha untuk melestarikan pemakaian batik tradisional dan tata warna tradisional.

Baca Juga: 7 Desain Kaos Distro Keren

Aturan dan Tata Cara Pemakaian Batik

Memakai Batik tidak lah asal seperti layak nya pakaian lainnya. Memerlukan ketrampilan, aturan dan tata cara khusus. Seperti penggunaan baju batik bagi kaum wanita dan laki-laki. Arah kain melekat ke tubuh serta lipatan kain (wiru) pun disesuaikan dengan jenis kelamin. Arah kain dan wiru Batik untuk wanita harus mengarah ke kanan pinggang pemakai serta harus menutup mata kaki. Untuk laki-laki sebaliknya.

Ragam hias dalam seni batik aturan dan tata cara pemakainya menyangkut harapan pemakainya. Karena motif Batik mencerminkan nilai filsafat hidup yang mengandung harapan yang luhur dari penciptanya yang tulus agar dapat membawa kebaikan dan kebahagiaan pemakainya. Misal hias slobong dimaksudkan untuk mendoakan arwah yang meninggal dunia tidak mendapat kesukaran dan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Tata cara selanjutnya mengenai kedudukan sosial yang harus sesuai motif Batik pemakainya, hal ini khusus berlaku di Surakarta. Untuk raja dan putra sentana memakai Baju batik parang rusak barong atau motif lereng. Selain raja dan putra sentana tidak boleh memakainya.

Mistisisme dalam Batik masih sangat kental dan masih dipercaya sebagian orang hingga saat ini. Batik yang dipercaya memberikan kekuatan pada pemakainya, maka si pemakai juga bukan orang sembarangan. Batik seperti ini disebut Batik larangan dan masih banyak tersebar di Yogyakarta, Surakarta dan Cirebon. Batik larangan berperan penting dalam upacara tradisional karaton. Batik larangan biasa nya bermotif kawung parang (melambangkan umur panning dan kesucian), cemukiran, udan liris dan alas-alasan.

Situasi dan kesempatan juga berpengaruh terhadap pemakaian jenis Batik. Untuk menghadiri upacara pengantin : Semen Romo, Babon Angrem, Ceplok Mendut, Abimayu, Kladuk Manis, dan Buntal Wayang. Bagi pengantin dan orang tua pengantin pun berbeda sesuai dengan upacara yang akan diikuti, seperti saat upacara pengantin dan upacara siraman. Sedangkan bagi mereka yang sehari-harinya mengenakan kain Batik, biasanya menggunakan kain tambal sewu, kepet, dan juga beberapa motif semen.

Sejarah Motif Batik

Batik dapat juga dikatakan sebagai bukti sejarah. Karena motif Batik selalu berkaitan dengan situasi suatu daerah saat itu. Seperti timbulnya motif Megamendung yang diadopsi oleh masyarakat Cirebon dari sejarah kedatangan bangsa China yang datang ke wilayah Cirebon. Ketika Sunan Gunung jati menikahi Ratu Ong Tien dari negeri China. Bentuk awan dalam beragam budaya melambangkan dunia atas(dari faham Taoisme), bebas dan transendental (Ketuhanan).

Lasem (Jawa Tengah) mempunyai Batik dengan motif dan warna yang kental dengan ciri multikultural antara budaya Jawa dan Tionghoa. Hal ini terjadi karena pada zaman kerajaan Majapahit, kota Lasem merupakan salah satu dari tiga kota pelabuhan terbesar dan pernah disinggahi salah seorang nahkoda kapal dari rombongan Laksamana Cengho dan istrinya puteri Na Li Ni merupakan salah seorang perintis dunia perbatikan Lasem. Hal itu tertulis jelas dalam buku Serat Badra Santi (Babad Tanah Lasem) tahun 1479.

Batik Jawa Hokokai. Dibuat semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Terbuat dari kain panjang yang dipola pagi/sore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Dengan motif kupu-kupu, bunga krisan, dan detail yang bertumpuk.

Baca Juga: Arti Warna Dan Pengaruhnya Dalam Desain Grafis Dan Marketing

Sejarah Motif Batik, Tren Fashion Batik

Tren Fashion Batik

Dewasa ini, keberadaan batik mulai banyak yang melirik. Minat masyarakat terhadap batik meningkat, terlihat berbagai macam model dan motif dalam bentuk pakaian ataupun asesoris hadir menghiasi kehidupan kita. 

Ada batik bali, batik solo, batik cirebon, batik lasem, batik betawi dan lainnya. Selain itu juga ada motif batik lurik, batik kawung, batik parang, batik tulis, batik cap, dan batik ecoprint.

Entah itu bentuk ungkapan penghargaan terhadap Batik, sebagai warisan budaya yang harus kita lestarikan atau hanya bentuk kejenuhan terhadap style pakaian yang ada. Yang jelas, kain tradisional ini sedang menjadi tren fashion. 

Baju batik tak hanya dipakai untuk menghadiri acara formal saja, seperti kondangan pernikahan dan seragam kerja di instansi pemerintahan. Dengan menyesuaikan tren yang sedang berkembang, beragam pilihan motif dan warna kain batik sekarang disulap menjadi baju, rok, dress, gamis, celana, sarung dan sebagainya. 

Berjalan di era modern, yang serba digital, teknologi semakin canggih. Tidak hanya model dan motifnya, bahkan dalam proses produksi kain batik kini tidak lagi hanya ditulis dengan tangan, tetapi kini ada yang diproduksi dengan alat-alat modern seperti sablon, digital printing dan sebagainya. 

Ada kalanya kemurnian harus mengalah dengan hal-hal yang baru untuk menciptakan perubahan demi sebuah keeksistensian. Demikian juga dengan busana Batik, harus bisa beradaptasi dengan mode yang digemari masyarakat hanya untuk memperoleh penghargaan akan keberadaannya. 

Itu lah kekurangan masyarakat kita, kenapa terhadap budaya sendiri harus memerlukan pengorbanan. Di satu sisi masyarakat dunia tertarik dengan budaya Batik dengan keeksistensian Batik itu sendiri dengan tidak memerlukan perubahan "modifikasi".

Sudah seharusnya kita menjaga dan menghargai hasil budaya nenek moyang kita selama kita masih bisa, sekali lagi "Rum Kuncaraning Bangsa Dumunung Haneng Luhuring Budaya".

Creative Inspiration

No comments: