Hakikat Cinta Jalaluddin Rumi

Rouf Creative | Creative Graphic Design

Puisi Jalaluddin Rumi


Hakikat Cinta Jalaluddin Rumi

Ia berkata, “Siapa itu berada di pintu?”
Aku berkata, “Hamba sahaya, Paduka?”
Ia berkata, “Mengapa kau ke mari?”
Aku berkata, “Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti.”
Ia berkata, “Berapa lama kau bertahan?”
Aku berkata, “Sampai ada panggilan.”
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa, demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata,”Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan.”
Aku berkata, “Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku.”
Ia berkata, “Saksi tidak sah, matamu juling.”
Aku berkata, “Karena wibawa keadilanmu, mataku terbebas dari dosa.”

Sepenggal bait syair diatas merupakan nukilan dari salah satu puisi indah dan bermakna karya Jalaluddin ar-Rumi penyair sufi terbesar dari Persia. Rumi dilahirkan di kota Balkh, Afganistan, pada tanggal 30 September 1207 Manajemen dan wafat di kota Konya, Turki pada tanggal 17 Desember 1273 M/672 H. 

Kehidupan Jalaluddin Rumi

Kehidupan Rumi kecil beserta keluarganya sudah terbiasa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Meskipun demikian, rumi tetap tidak melalaikan pendidikan, terbukti waktunya dipergunakan untuk menimba ilmu agama, terutama terkait dengan Islam. Pendidikan pertama dia peroleh dari Bahaudin Walad Muhammad bin Husain yang tidak lain ayahnya sendiri.

Ayah Jalaludin Rumi merupakan salah satu tokoh dan ahli agama Islam yang kental bermazhab Hanafi. Meskipun ayahnya seorang ahli dalam ilmu agama, pendidikan Rumi tidak cukup sampai pengajaran dari ayahnya. Dia juga belajar pada Buhanuddin Muhaqqi at-Turmuzi beliau juga salah satu tokoh dan sahabat ayahnya. Sehingga, dia juga termasuk salah satu penganut mazhab Hanafi karena kedua gurunya pengikut kental Hanafi. 

Pendidikannya bukan sekedar itu saja, setelah mendapatkan izin dan saran dari gurunya, ia kemudian pergi menimba ilmu pengetahuan di negeri Syam(Suriah). Sehingga dengan pengetahuan yang dia miliki, ar-Rumi dipercaya untuk menggantikan Burhanuddin sebagai guru di Konya setelah sang guru meninggal dunia. Disamping sebagai guru, ia juga menjadi dai dan ahli hukum Islam (Fakih).

Pria yang terkenal dengan kesufiannya ini, menjadi termasyhur dan terkenal karena kedalaman ilmu dan kemampuan mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya dalam memilih kata-kata, puisi-puisi karya Rumi dikenal mempunyai kedalaman makna. 

Dari dua sisi inilah puisi-puisi Rumi sulit untuk tertandingi oleh penyair-penyair sufi sebelum dan sesudahnya. Sebab itu ar-Rumi memilih puisi sebagai salah satu medium untuk mengajarkan cinta sejati (Tuhan/Alloh). Karena dalam puisinya bukan hanya Indah bahasnya, tapi puisinya juga mengandung mistis, dengan link-link puisinya banyak mengedepankan perasaan cinta yang dalam kepada Tuhan/Allah. 

Jalaluddin Rumi; Guru Tarekat Maulawiah

Kesuksesan Rumi tidak hanya serta merta langsung menjadi sosok Sufi, tapi butuh perjalanan yang panjang sehingga akhirnya perubahan besar dalam hidup Rumi pun terjadi pada tahun 652 H. di usianya yang menginjak 48 tahun, ia mengubah jalan hidupnya kearah sufi setelah ia bertemu dengan penyair sufi pengelana. Yaitu, Syamsuddin at-Tabriz. Ia sangat terpengaruh oleh ajaran sufi sehingga ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru dan mulai mengubah gaya puisinya menjadi kehidupan yang sufi. 

Rumi sudah menjadi sufi yang berkat pergaulannya dengan Tabriz, kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Sehingga dia menulis syair-syair yang himpunannya kemdian dikenal dengan Divan Syams Tabriz. Ia juga membukukan wejangan-wejangan gurunya dikenal dengan nama Diwan Syams Tabriz. Buku ini juga memuat inti ajaran tasawuf ar-Rumi. 

Rumi bukan hanya sekedar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Karena dia adalah sosok guru nomor satu tarekat Maulawiah. Yang di dasarkan pada paham wahdah al-wujud. Tarekat ini sempat berpengaruh besar dalam lingkungan Islam Turki Ustmani dan kalangan seniman sekitar tahun 1648. pada waktu itu, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indra dalam menentukan kebenaran.

Karya Jalaluddin Rumi

Karya puisi jalaludin rumi bukan hanya mengandung filsafat dan gambaran tentang inti tasawuf yang dianutnya. Karya-karyanya termuat dalam Diwan Syams Tabriz, inti ajaran tasawuf ar-Rumi juga banyak dimuat dalam sebuah karya besarnya yang dikenal, al-Masnawi. Buku ini terdiri atas enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Karyanya ini berpengaruh besar terhadap perkembangan tasawuf sesudahnya. Sehingga, tidak mengherankan jika karya sang penyair sufi asal Persia (Iran) berperan besar terhadap berkembangnya ilmu tasawuf. Banyak komentar terhadap buku ini yang ditulis oleh para ahlidalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki dan Arab. 

Terbukti jika, karya-karyanya tidak hanya diminati oleh masyarakat muslim tapi baratpun demikian antusias. Al Asnawi telah terjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pertama kali, buku ini diterjemahkan ke bahasa Jerman pada tahun 1849. Namun, yang diterjemahkan hanya sepertiga bagian dari keseluruhan isi Al-Masnawi. Hasil terjemahan dalam bahasa Jerman ini diterbitkan di kota Leipzig dan mengalami cetak ulang pada tahun 1913. 

Sementara itu, terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Sir James Redhouse pertama kali diterbitkan pada tahun 1881. Kemudian, sebanyak 3500 baris puisi pilihan dari Al-Masnawi diterjemahkan oleh Whinfield ke dalam bahasa Inggris. Terjemahan puisi pilihan yang terbit di London tahun 1887 ini mendapat perhatian besar dari masyarakat sehingga tahun itu juga di cetak ulang. 

Volume kedua diterjemahkan oleh Wilson dan diterbitkan di London tahun 1910. baru pada tahun 1925 hingga 1950, proses penerjemahan buku Al-Masnawi dilakukan secara menyeluruh oleh Reynold Alleyne Nicholson.

Baca Juga: Kumpulan Puisi Romantis

Creative Inspiration

No comments: