Perjuangan Sang Malaikat Kecil

Rouf Creative | Creative Graphic Design

Novel perjuangan karya Astuti J. Syahban

Resensi Novel
Judul : Asa, Malaikat Mungilku
Pengarang : Astuti J. Syahban
Penerbit : Hikmah
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : Feb, 2009
Tebal Buku : xii + 401 halaman

Melalui kisah nyata yang dinarasikan bak novel ini terpancar jejak-jejak hikmah yang dapat kita petik dari seorang bocah dalam mengimani takdir-Nya. Inilah salah satu ilustrasi dari sekian banyak cerita yang diuraikan baik secara tersirat maupun tersurat dalam sebuah novel.

Novel perjuangan karya Astuti J. Syahban merupakan novel yang melakonkan ibu kandung si malaikat kecil yang bangga dengan profesi luhurnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang mengasuh tiga orang anak sekaligus istri dari seorang “da’i sepuluh umat”. Ustadz J. Syahban, bergelut dengan dunia tulis menulis sejak masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas.

Beberapa cerita pendek dan artikel pernah dimenangkan, antara lain peraih hadiah pertama lomba mengarang tingkat SMA dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 1990 se-Provinsi Jawa Tengah, dan setahun sebelumnya terpilih sebagai pemenang pertama lomba menulis artikel penghijauan kota Surakarta.

Novel ini sarat akan nilai-nilai perjuangan demi menyelamatkan nyawa si penderita lupus. Dengan latar diruang PICU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Sardjito Yogyakarta, kita dibawa kedalam satu suasana yang tragis dan mengiris hati. Astuti J. Syahban berhasil mengilustrasikan kisah nyatanya dalam meraungi hidup. Penokohan bocah kecil dalam memperjuangkan nyawa sekaligus penyemangat orang tua.

Penokohan yang nyata semakin mendukung alur cerita. Masing-masing tokoh mempunyai karakter yang berbeda dan menarik. Asa misalnya, seorang tokoh yang mempunyai karakter keras, tak kenal lelah dan pantang menyerah dalam menghadapi keadaannya yang divonis sebagai penderita lupus nama formalnya Systemic Lupus Erythematosus (SIE), penyakit langka yang hingga kini masih menjadi “misi mustahil” untuk disembuhkan. Tetapi tetap saja imannya tak tergoyahkan, ia selalu berdzikir sampai nyawanya diambil.

Berangkat dari perjuangan melawan penyakitnya, alur cerita mulai berkembang. Tokoh seorang ibu tanpa henti-hentinya memberikan perhatian dan kasih sayangnya secara penuh tanpa lelah. Asa tersayat-sayat nyeri yang luar biasa. Usaha meminta pertolongan dari para ahli untuk mematikan atau paling tidak melumpuhkan serigala itu tak pernah henti dilakukan. Lantunan kalimat suci dari yang maha suci juga tidak pernah jeda meluncur dari lisan dan hati seisi rumah.

Novel ini menguji kesetiaan Astuti dengan segala kenikmatan ujian yang membuai dan kenestapaan yang menyengat terus silih berganti untuk menakar kesungguhan cintanya. Tak lelah dalam menghadapi segala ujian dengan mengharap kekuatan dan kasih sayangnya tanpa mengeluh dengan ujian-ujian dari-Nya. Dengan mempunyai prinsip “mari kita menjadi menara yang kokoh dihadapan sang badai”.

Baca Juga: 

Banyak pesan yang tersalurkan melalui novel ini. Pesan untuk terus berjuang tanpa melihat materiil yang harus dikeluarkan demi menyelamatkan sang buah hati. Meskipun Tuhan berkehendak lain.

Novel ini sangat penting dibaca terutama kepada perempuan sebagai calon orang tua yang pastinya akan dihadapkan hal tersebut. Mewujudkan cinta kasih ibunda yang kental akan nilai-nilai agama dan sosial.

Creative Inspiration

No comments: